Minggu, 19 Februari 2012

Tato menurut suku Dayak


Tato merupakan sesuatu yang sudah sangat familiar dalam masyarakat. Bagi sebagian orang, tato amatlah lekat hubungannya dengan budaya sub urban yang kian lama sudah menjadi lifestyle kaum kota. Meskipun dahulu dianggap sebagai sesuatu yang tabu, saat ini dunia tato semakin berkembang dengan semakin banyaknya jasa tato terutama di kota-kota besar. Selain sebagai lifestyle, tato juga sebagai simbol independensi dan kebebasan seseorang dalam hidup.

Namun di Indonesia, terutama bagi Suku Dayak Tato adalah sesuatu yang lebih dari sekedar lifestyle. Suku Dayak memang benar-benar serius memandang tato. Tato merupakan bagian dari tradisi religi, status sosial seseorang dalam masyarakat atau penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. oleh karenanya ada aturan tertentu dalam pembuatan tato baik dari pilihan gambar, struktur sosial, hingga peletakan tato itu sendiri.


Meski demikian, dalam tradisi Suku Dayak tato secara umum memiliki makna sebagai “obor” dalam perjalanan seseorang yang dipercaya menuju ke alam keabadian setelah kematian. Karena sakralnya pembuatan tato, setiap suku memiliki aturan yang berbeda dalam membuat tato, meskipun tidak semua suku juga mengenal tradisi ini seperti suku Dayak Meratus di Kalimantan Selatan.


Setiap tato memiliki arti dan makna tersendiri. Misalnya untuk tato disekitar jari tangan menunjukan orang tersebut adalah ahli pengobatan. Semakin banyak tato di tangannya, maka menunjukan orang tersebut semakin banyak menolong dan ahli dalam pengobatan. Lain cerita dengan suku Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, banyaknya tato pada seseorang menandakan orang tersebut sudah sering mengembara.


Berbeda pula tato yang diberikan oleh para bangsawan. Biasanya untuk kalangan ini motif tato yang digunakan adalah burung enggang yang merupakan burung keramat masyarakat Dayak. Selain motifnya terpilih, tato pada masyarakat bangsawan lebih detail dan halus. Tato juga dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Bila kaum laki-laki penggunaan tato dikaitkan dengan penghargaan atau penghormatan, pada kaum perempuan pembuatan tato lebih dikaitkan dengan hal religius.


Secara umum pembuatan tato suku Dayak menggunakan teknik yang masih tradisional. Alat yang digunakan adalah duri buah jeruk yang panjang. Meskipun saat ini sudah dapat ditemui pembuatan tato dengan menggunakan jarum. Bahan tato sendiri menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam. Oleh karenanya hasil yang didapat pun hanya berwarna hitam.


Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, bagi masyarakat Dayak tato memang bukan sekedar hiasan melainkan sebuah simbol yang memiliki arti dan makna tersendiri. Lebih dari itu, tato juga sebagai simbol dan sebuah karya yang diturunkan dari leluhur untuk masyarakat Suku Dayak. Selain itu, tato yang ada di Suku Dayak juga sebagai bentuk karya yang menambah keragaman budaya dan tradisi bangsa Indonesia.